Rabu, 17 Juli 2013

wisata indonesia

Wisata jawa tengah museum sangiran sragen

  • © infopublik.kominfo
  • © soloaja.com
  • © muda.kompas
  • © thearoengbinangproject
  • Koleksi gajah stegodon (stegodon Trigonocephalus) di museum sangiran

    © muda.kompas

Museum sangiran adalah salah satu museum arkeologi terlengkap di asia, awal mula keberadaan museum ini dari seorang ahli arkeologi berkebangsaan jerman Von Konigswald, yang tertarik dengan sisa fosil manusia purba yang membatu di kawasan sangiran, memulai penelitian pada awal tahu 1930 dengan menyelidiki fosil manusia purba yang berada di desa krikilan, dengan tujuan pengumpulan sisa tulang belulang baik dari manusia purba, hewan purba dan tumbuhan zaman purba serta berlanjut hingga pada tahun 70 an, semua fosil tersebut dikumpulan pada sebuah tempat di desa krikilan sehingga terpikirlah oleh peneliti untuk membuat sebuah museum arkeologi tepatnya pada awal tahun 1980 an.

Pada saat itu kawasan museum sangiran dibangun di desa krikilan tak jauh dari tempat tinggal kepala desa, luas keseluruah lingkup banguanan tak lebih dari 0,1 hektar mengingat bersarnya minat masyarakat mengenai museum, seiring waktu, museum sangiran  dipugar hingga dua kali pembangunan dan perluasan, total hingga sekarang, luas banguan museum telah mencapai 1,7 hektar dari taman hingga puluhan ruangan.

Sebuah penghargaan dari semua pengabdian puluhan tahun bagi para arkeologi dan masyarakat setempat, ketika masyarakat dunia mengakui lewat unesco salah satu organisasi yang bernaung dibawah pbb yang memberikan tanda dan terimakasi dengan menetapkan museum sangiran sebagai salah satu warisan dunia yang dilindung karena kekayaan fosil manusia purba yang banyak di temukan di daerah ini.  



Lokasi museum sangiran berada pada kawasan administrasi kecamatan kalijambe, tepatnya terletak dilokasi desa krikilan jika anda warga sragen hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam saja untuk mencapai desa krikilan atau menempuh jarak  27 km, dan bagi warga solo anda dapat melewati nogosari menuju kecamata kalijambe hingga ke desa krikilan waktu yang ditempuh juga tak kurang dari satu jam saja atau skitar 23 km.


Museum sangiran mempunyai koleksi hingga lebih dari 13 ribu benda arkeologi yang terdiri dari berbagai macam kerangka fosil manusia purba, kerangka hewan purba, beragam jenis dari batuan, seperti yang terkenal batu meteorit, batu kuarsa dan batu api atau flintstone, serta peninggalan arterfak barang barang perkakas dan senjata manusia purba dahulu, seperti alat alat batu kapak persegi, kapak primbas, kampak longjong yang bersal dari zaman neolithikum, dan koleksi yang terkenal adalah koleksi beragam jenis fosil manusia dan hewan purba, dari fosil manusia purba yang lebih modern (homo sapiensis) hingga fosil manusia purba tertua yang fosilnya ditemukan di daerah jawa tepatnya di Sangiran, surakarta, jawa tengah meganthrophus palaeojavanicus yang di temukan oleh von koenigswald..

Serta fosil hewan hewan purba yang banyak dipamerkan seperti fosil mamalia dari spesies gajah purba yang ditemukan di jawa tepatnya di daerah patiayam kecamatan jekulo, stegodon (stegodon Trigonocephalus) yang tingginya mencapai hingga 5 meter, konon spesies gajah ini hidup pada masa awal pleistosen atau lebih tua dari spesies mamooth yang hidup pada pertengahan pleistosen, mamalia purba selanjutnya kerbau purba raksasa (bubalus palaeokarabau) yang di temukan di blora, jawa tengah tepatnya di desa menden dengan tanduk nya hingga mencapai 1 meter.
Jumlah total benda dan fosil arkeologi yang di pamerkan di museum sangiran hampir 3000 jenis serta sisa dari 10 ribu koleksi barang arkeologi di simpan di museum ini, dimuseum ini juga terdapat sebuah aula untuk untuk beragam kegiatan yang diselengarakan oleh pihak pengelola museum, serta perpustakaan yang memiliki buku koleksi tetang arkeologi dan ruang ruang lain sepeti loboratorium serta ruang tempat penyimpanan barang barang arkeologi.
Tak banyak yang bisa di sampaikan dari paragraf demi paragraf dari setiap artikel yang mengulas tetang museum sangiran, pihak unesco saja telah mengakui bahwa ini sebuah warisan, tentunya peran pengelola hanya sebagai menyukseskan dan memberikan pengetahuan dengan tujuan akhir menyebarluaskan pengetahuan kepada anak-cucu indonesia, partisipasi aktif dari masyarakat khususnya orang tua memberikan peran dalam penyebaran dan pengetahuan akan benda benda sejarah arkeologi kepada anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar