Wisata jawa tengah museum sangiran sragen
Museum sangiran adalah salah satu museum arkeologi terlengkap di asia, awal mula keberadaan museum ini dari seorang ahli arkeologi berkebangsaan jerman Von Konigswald, yang
tertarik dengan sisa fosil manusia purba yang membatu di kawasan
sangiran, memulai penelitian pada awal tahu 1930 dengan menyelidiki
fosil manusia purba yang berada di desa krikilan, dengan
tujuan pengumpulan sisa tulang belulang baik dari manusia purba, hewan
purba dan tumbuhan zaman purba serta berlanjut hingga pada tahun 70 an,
semua fosil tersebut dikumpulan pada sebuah tempat di desa krikilan sehingga terpikirlah oleh peneliti untuk membuat sebuah museum arkeologi tepatnya pada awal tahun 1980 an.
Pada saat itu kawasan museum sangiran dibangun di desa krikilan
tak jauh dari tempat tinggal kepala desa, luas keseluruah lingkup
banguanan tak lebih dari 0,1 hektar mengingat bersarnya minat masyarakat
mengenai museum, seiring waktu, museum sangiran dipugar
hingga dua kali pembangunan dan perluasan, total hingga sekarang, luas
banguan museum telah mencapai 1,7 hektar dari taman hingga puluhan
ruangan.
Sebuah penghargaan dari semua pengabdian puluhan tahun bagi para arkeologi dan masyarakat setempat, ketika masyarakat dunia mengakui lewat unesco salah satu organisasi yang bernaung dibawah pbb yang memberikan tanda dan terimakasi dengan menetapkan museum sangiran sebagai salah satu warisan dunia yang dilindung karena kekayaan fosil manusia purba yang banyak di temukan di daerah ini.
Lokasi museum sangiran berada pada kawasan administrasi kecamatan kalijambe, tepatnya terletak dilokasi desa krikilan jika anda warga sragen hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam saja untuk mencapai desa krikilan atau menempuh jarak 27 km, dan bagi warga solo anda dapat melewati nogosari menuju kecamata kalijambe hingga ke desa krikilan waktu yang ditempuh juga tak kurang dari satu jam saja atau skitar 23 km.
Museum sangiran mempunyai
koleksi hingga lebih dari 13 ribu benda arkeologi yang terdiri dari
berbagai macam kerangka fosil manusia purba, kerangka hewan purba,
beragam jenis dari batuan, seperti yang terkenal batu meteorit, batu kuarsa dan batu api atau flintstone, serta peninggalan arterfak barang barang perkakas dan senjata manusia purba dahulu, seperti alat alat batu kapak persegi, kapak primbas, kampak longjong yang bersal dari zaman neolithikum,
dan koleksi yang terkenal adalah koleksi beragam jenis fosil manusia
dan hewan purba, dari fosil manusia purba yang lebih modern (homo
sapiensis) hingga fosil manusia purba tertua yang fosilnya ditemukan di
daerah jawa tepatnya di Sangiran, surakarta, jawa tengah meganthrophus palaeojavanicus yang di temukan oleh von koenigswald..
Serta fosil hewan hewan purba yang banyak dipamerkan seperti fosil
mamalia dari spesies gajah purba yang ditemukan di jawa tepatnya di
daerah patiayam kecamatan jekulo, stegodon (stegodon Trigonocephalus) yang
tingginya mencapai hingga 5 meter, konon spesies gajah ini hidup pada
masa awal pleistosen atau lebih tua dari spesies mamooth yang hidup pada
pertengahan pleistosen, mamalia purba selanjutnya kerbau purba raksasa (bubalus palaeokarabau) yang di temukan di blora, jawa tengah tepatnya di desa menden dengan tanduk nya hingga mencapai 1 meter.
Jumlah total benda dan fosil arkeologi yang di pamerkan di museum sangiran hampir
3000 jenis serta sisa dari 10 ribu koleksi barang arkeologi di simpan
di museum ini, dimuseum ini juga terdapat sebuah aula untuk untuk
beragam kegiatan yang diselengarakan oleh pihak pengelola museum, serta
perpustakaan yang memiliki buku koleksi tetang arkeologi dan ruang ruang
lain sepeti loboratorium serta ruang tempat penyimpanan barang barang
arkeologi.
Tak banyak yang bisa di sampaikan dari paragraf demi paragraf dari setiap artikel yang mengulas tetang museum sangiran,
pihak unesco saja telah mengakui bahwa ini sebuah warisan, tentunya
peran pengelola hanya sebagai menyukseskan dan memberikan pengetahuan
dengan tujuan akhir menyebarluaskan pengetahuan kepada anak-cucu
indonesia, partisipasi aktif dari masyarakat khususnya orang tua
memberikan peran dalam penyebaran dan pengetahuan akan benda benda
sejarah arkeologi kepada anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar